DR. HAEDAR NASHIR - Orang sering terkecoh dengan fatamorgana. Dari jauh terlihat seperti air yang dapat memberi harapan bagi orang yang dahaga, tetapi hanya bayangan. Di gurun tandus yang gersang air adalah impian paling menjanjikan seperti sebuah oase kehidupan. Dunia laksana fatamorgana. Sebagian orang tidak jarang terkecoh dengan gemerlap dunia dan lupa hakikat hidup yang hakiki. Padahal Allah telah mengingatkan dalam Al-Quran, yang artinya: "Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kekuning-kuningan lalu menjadi hancur..." (QS Al-Hadid: 20)
Karena asik dengan kehidupan dunia, manusia sering mengidap hubb al-dunya (cinta dunia) dan karahiyat al-maut (takut mati). Manusia muslim akan diuji seberapa jauh kekokohannya dalam mengarungi lautan kehidupan dengan fondasi islam yang memberi landasan dan arah. Maka, selayaknya setiap muslim memahami hakikat hidup yang sesungguhnya agar hidup jelas dasar dan arahnya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bagi setiap muslim dunia tentu harus disikapi dengan positif. Namun bagaimana meletakkan dunia dalam satu kesatuan dengan kehidupan akhirat kelak, sehingga dunia benar-benar menjadi majra'at al-akhirat (ladang menuju hari akhir). Dunia tidak boleh putus dari akhirat, demikian pula sebaliknya. Insan beriman harus mengolah dunia guna meraih harapan ideal sebagaimana do'a yang selalu dipanjatkan. Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirat hasanah wa qina 'adab al-nar.