DR. HAEDAR NASHIR - Penulis mencoba dalam membahas setiap topik pendekatan nilai etik yang berbasis ikhsan dan akhlak, juga menggunakan sudut pandang sosiologi yang lebih cair untuk mengangkat isu-isu aktual. Pendekatan sosiologi yang digunakan lebih ke interpretif dalam perilaku hidup manusia yang dalam bahasa sosiolog Max Weber dikenal dengan istilah 'The Subjective Meaning'.
Digunung Qasiyun yang menjulang tinggi diwilayah Damaskus. Qabil tampak kebingungan, Putra Nabi Adam itu usai membunuh saudaranya Habil. Nafsu angkara yang merasuk jiwanya membuat Qabil tega menghabisi saudara kembarnya sendiri. Sejarah umat manusia seakan dimulai dengan goresan darah dan kekerasan.
Qabil ternyata seorang yang dungu. Dia tidak paham dan harus diajari oleh seekor burung bagaimana cara menguburkan jasad Habil. Tapi dalam kebodohan, hawa nafsunya sungguh merah menyala. Allah berfirman, "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah..." (QS Al-Maidah : 30)
Kisah Qabil dan Habil adalah pelajaran berharga bagi generasi anak cucu Adam dikemudian hari. Kebaikan melawan keburukan selalu mewarnai kehidupan. Qabil simbol keburukan dan angkara murka. Habil simbol kebaikan dan kasih sayang. Keduanya berada pada garis demarkasi yang berbeda tajam. Setiap manusia diberi modal pikiran dan akal untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Mana yang baik membedakannya dari yang buruk, mana yang benar membedakannya dari yang salah.