DR HAEDAR NASHIR - Pada suatu kali Abu Dzar Al-Ghifari datang kepada Rasulullah dan bertanya tentang beberapa hal sebagaimana yang diriwayatkan Al-Hafidz Al-Mundziri. "Apa yang dapat "menyelamatkan seseorang dari Neraka?", tanya Abu Dzar. Rasulullah bersabda, "Iman kepada Allah". Abu Dzar, "Wahai Rasulullah apakah amal bersama keimanan itu?". Rasulullah, "Engkau memberikan sebagian dari apa yang Allah anugerahkan dan rezekikan kepadamu".

  Abu Dzar bertanya lagi, "Wahai Nabi Allah, bagaimana jika ia miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk diberikan?". Rasulullah menjawab, "Ia perintahkan kepada manusia untuk berbuat makruf dan mencegah yang munkar".  Abu Dzar, "Bagaimana jika ia tidak dapat melakukan amar makruf dan nahi munkar?". Rasulullah, "Hendaklah ia membantu seseorang berbuat kebaikan". Abu Dzar, "Bagaimana jika ia sendiri tak pandai berbuat baik?". Rasulullah, "Hendaklah ia membantu orang yang teraniaya".

  Abu Dzar masih bertanya, "Wahai Nabi Allah, bagaimana jika ia sendiri lemah dan tidak mampu membantu yang teraniaya?". Rasulullah, "Jangan engkau biarkan temanmu tidak berbuat baik, agar ia terhindar dari menyakiti orang lain". Abu Dzar, "Wahai Rasululllah, apakah menurut engkau jika ia melakukan hal tersebut akan masuk surga?". Rasulullah menutup sabdanya, "Seorang hamba beriman yang memiliki satu dari sifat-sifat itu, maka  ia (Nabi) akan menggandeng tangannya dan memasukkannya kedalam surga".

  Kisah dalam sebuah hadist tersebut menunjukkan banyak cara dalam berbuat kebaikan dan menyelamatkan diri dari api neraka. Perbuatan baik apa saja, semampu yang dapat dilakukan akan menjadi investasi atau modal menuju pintu surga. Ajaran perbuatan baik itu dalam islam disebut amal shalih, yakni perbuatan baik yang bersih, yakni semata-mata dilakukan karena Allah.


@STT NURUL FIKRI

@STT NURUL FIKRI

@STT NURUL FIKRI